Friday 3 April 2009

Kasih Sayang :-)

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

Kita coba membawa ayat ini pada realita kehidupan manusia masa kini. Pada ayat tersebut, terdapat tiga point penting yang menjadi ruh kekuatan maknanya, yaitu; eksistensi Allah, makna Arrahman, dan Arrahiim. Dengan menyebut nama Allah berarti kita dituntut untuk mengakui ke-Esa-an Allah.swt (Tauhid), dengan penerapan rukun iman yang pertama bahwa kita beriman kepada Allah.swt sebagai Rabbal’Alamin.
---
Setelah hal ini tertanam pada diri setiap manusia, barulah dia akan bisa menerima point yang kedua dan ketiga, bahwa Allah memiliki sifat yang Maha Rahman dan Maha Rahiim yang absolut.
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, disadari atau tidak, kedua sifat ketuhanan ini akan selalu dimiliki dan dibutuhkan setiap manusia, bahkan jauh sebelum ia menemukan arti kesadaran hidupnya, dia telah merasakan makna kasih-sayang, ketika pertama kali terlahir kemuka bumi, disinilah sifat Arrahman dan Arrahiim itu kita temukan, yang ditransver melalui tangan-tangan orang tua kita, yaitu ‘ibu’.
---
Ibu memiliki sifat kasih sayang yang khusus pada setiap anak-anaknya, khususnya ketika kita hadir pertama kali menghirup udara kehidupan dunia, disinilah kita akan menyadari bahwa sifat kasih sayang tersebut adalah sifat yang bersumber dari Allah.swt, dengan kekuatan Rahmaniyyah dan Rahiimiyyah-NYA. Sangat jarang kita temukan ‘ibu’ yang masih memiliki kesehatan ruhani dengan unsur kesengajaan menelantarkan anak-anak bayinya, hal ini dikarenakan sifat fitrah kasih sayang ada pada setiap diri seorang ibu.
---
Namun, makna Arrahman-Yang Maha Pengasih, dan Arrahiim-Yang Maha Penyayang, adalah sifat-sifat ketuhanan yang tidak cukup kita maknai dengan arti sekedar pengasih dan penyayang begitu saja, tetapi dengan penghayatan yang lebih luas dan mendalam dari itu. Bahwa makna Arrahman dan Arrahiim pada sifat ketuhanan ini mengandung arti yang sangat penting dalam hal pembentukan kepribadian manusia yang sesungguhnya.
---
Sifat Pengasih pada asma Allah ‘Arrahman’ ini mengandung makna penyucian pada eksistensi diri manusia yang bersifat jasmani (fisik). Sedangkan kata Penyayang dalam asma Allah ‘Arrahiim’ mengandung penyucian pada diri yang bersifat ruhani (non-fisik). Kedua makna tersebut salu berhubungan dengan akal manusia dan kesadaran berfikir yang dimiliknya, serta berpengaruh kuat pada setiap perasaan yang ditampakkannya.
---
Pertama, penyucian diri manusia yang bersifat fisik atau jasmani merupakan suatu perilaku manusiawi yang berangkat atas dasar kesadaran akan pentingnya jasmani yang sehat. Dengan kondisi tubuh yang sehat, maka kenikmatan beribadah akan sangat mudah kita peroleh, disamping itu makna sifat Allah ‘Arrahman’ ini pun akan benar-benar hadir terasa pada diri kita dengan rasa kasih yang begitu mendalam.
---
Kedua, penyucian diri manusia yang bersifat non-fisik atau ruhani juga tidak kalah penting untuk kita dalami, sebab kondisi jasmani yang sehat akan terpancar dari ruhani yang sehat pula. Maka penyucian jiwa (tadzkiyatun nafs) merupakan aktifitas yang sangat penting dan harus dilakukan setiap manusia dalam setiap waktu yang dimilikinya. Kedalaman makna kalimat ‘basmalah’ dengan nilai-nilai Rahiimiyyah yang senantiasa kita sebut dan ucapkan dalam memulai setiap aktifitas, merupakan tindakan penyucian jiwa yang paling awal dari segala-galanya.
---
“Beraktifitas-lah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang maha Pengasih lagi maha Penyayang” [] Wallahu a’lam bisshawab, semoga memberi manfaat
sumber : catatan facebook

0 comments:

Post a Comment

thanks for comment..Arigatou gozaimasu:-) senyumlah untuk bahagia, jangan menunggu bahagia untuk tersenyum:-)